Panduan Dzikrullah

Panduan Dzikrullah

Kamis, 22 Oktober 2015

Bab_6_A_Tajalli

Bab_6_tajalli

Bermula yang dimaksud dengan (tajalli) menurut arti pada lughah tajalla = tampak /nyata, maka mulai dari (takhalli) meninggalkan yakni membuang segala shifat dan perangai yang buruk-lalu (takhalli) memperindah, membaguskan segala shifat, dan perangaizhahir bathin-kemudian dengan itu (tajalli) menampakkan nyata/terang alhaq (gambaran), jadi (tajalli) adalah melihat wujudullah alkhaliq dengan terang dan nyata, iya tidak suatu pun mensukutuinya dan tidak sesuatu pun mendampinginya, melihat dengan mata iman yang yaqiin akan Dzat wajibil wujud yang Ahad, yang wahdah-yang wahid, sehingga tiada antara lagi tuhan dengan hambanya tiada terdinding oleh apa pun, karena segala dinding yang hijab itu pun (makhluq) belaka dan karena Allah ta’ala itu lebih hamfir/lebih dekat daripada urat nadi leher kita : firman Allah ta’ala ; wanahnu aqrabu ilaihi min hablil warid (Qaf-16) artinya : kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.  
Dalam menempuh/jalan thareqat untuk memperoleh kenyataan tuhan (tajalli) berlaku riadhah (latihan2) menguasai diri seperti berkhalawat, berkekalan dzikirullah disertai puasa2 sunah-mengurangi tidur membanyakan tdzakur dan ibadah2 sunat mencapai- 

fana –u llahi, fana-u billahi, baqa-u billahi. .
Maka terlebih dahulu untuk merintis kefahaman perlu diketahui ‘ilmunya bahwasanya kesempurnaan dan sempurnanya yang bernama ‘ilmu itu telah diterangkan antara lain telah berkata syaikhuna muhammad ‘azii ahmaduqibni : ketahuilah : kesempurnaan ‘ilmu agama dan sempurnanya yang bernama ‘ilmu : bahwa sesungguhnya menurut pendapat segala ‘ulama shufiatul haqiqiina yang telah berhasil mereka daripada ‘ilmu-ilmunya, bahwasanya yang dinamakan sebenar-benarnya ‘ilmu itu bukanlah suratan yang tertulis dan bukan bahasa dan bukan suara, hanya sanya : yang dinamakan sebenar-benarnya ‘ilmu yaitulah ingat kepada Allah dengan hati yang hening sekali-suci murni.:itulah sebenar-bennar-benarnya ‘ilmu.
Adapun sempurnanya ilmu itu atas empat perkara :
1.      Shabar
2.      Tawakal
3.      Ridha
4.      Ikhlash
Shabar itu menjalankan tugas-tugas yang ringan mupun yang berat daripada Allah subhanahu wata’ala beserta menahan diri daripada segala ujian-ujian, percobaan-percobaan, dan lain-lain sebagainya.
Tawakal yaitu berserah diri zhahir bathin kepada Allah ta’ala daripada hal ihwal yang mengenai dunyawiyah maupun ukhrawiyah : selalu sadar bahwa Allah sajalah yang menunjukkannya dan yang mencukupinya.
Ridha yaitu menerima dan menyambut dengan luas hati yang sepenuhnya segala apa-apa hukum-hukum dan pemberian-pemberian dari Allah subhanahu wata’ala.
Ikhlash  yaitu tiada karena lain-lain hanya karena Allah semata-mata menjalankan daripada segala apa-apa yang diperintah atau yang ditugaskan baik yang ringan maupun yang berat baik itu yang mengenai jasmani maupun ruhani, yang zhahir maupun yang bathin.

Adapun kelakuan ilmu  itu atas empat perkara :
1.      Tawadha’  merendahkan diri zhahir dan bathin.
2.      Shidiq yakni benar-benar lurus hendaknya dalam segala hal.
3.      Lapang hati yakni hendaknya selalu menghilangkan segala apa yang susah.
4.      Berjama’ah yakni hendaknya bersama-sama orang mukmin disegi ibadatnya.
Itu sesuai dengan sabda rasulullah saw, Innama bu’itstu li-utammima makarimal-akhlaq.
Artinya : sesungguhnya hanya sanya daku ini dibangkitkan kealam dunia untuk menyempurnakan segala kemulyaan akhlaq / kelakuan.  

Ketahuilah sempurnanya yang bernama ilmu.
1.      bermula sempurnanya ilmu itu : hendaknya mengetahui ashalnya ilmu yang melihat dan yang dilihat, oleh karena itu melihat dan yang dilihat itu tidak ada bedanya. Adapun yang melihat itu adalah (Dzat) dan yang dilihat itu adalah (Shifatnya)
2.      lagi pula hendaknya tau yang berkata dan yang dikata, maka itu wujud tunggal yakni bahwasanya wujud tunggal itu tiada berpindah /tiada berpisah bagaikan daging dengan kulit.
3.      dan sempurnanya kata itu adalah :
 (Dzatku Dzattullah Wujudku Wujudullah, shifatku shifatullah, rupaku rupaullah, namaku Asma-ullah, pengucapku kalamullah), yaitu yang berdiri kepada Allah..jangan syak lagi dengan kata-kata ini, perhatikan firman Allah ta’ala dalam hadits qudsti :
 

 layazallu ‘abdii taqarrabu ilayya binnawafili hatta uhibbahu faidza ahbabtuhu kuntu sam’ahulladzii yasma’ubihi wabasharahulladzii yubshiru bihi wayadahullatii yabthisu bihaa warizlahullati yamtsi biha walain la—u’thianahu walainis ta’adzanii la-usiidanahu.
Artinya : tiadalah berputus (berkekalan) hambaku mendekatkan diri kepada kami dengan ‘amal-amal (sunat2) sehingga kami cinta padanya, maka bila kami telah cinta padanya jadilah kami pendengarannya yang dengan itudia mendengar, jadilah kami penglihatannya yang dengan itu dia melihat, jadilah kami kami lidahnya yang itu dia berkata, jadilah kami tangnya yang dengan itu dia menghajar, jadilah aku kakinya yang dengan itu dia berjalan, an manakala mereka berlindung pada kami segera kami lindungi dia………………………..
Hal mana juga digambarkan dengan kata-kata ahli ‘arifiina billah : man ‘arafallaha laa yahfaa ‘alaihi sya-iun. artinya : barangsiapa mengenal Allah dengan sebenar-benar mengenal niscaya tiak tersembunyi atasnya sesuatu apapun juga.
Maka allah subhanahu wata’ala mengaruniakan kepadanya (ilmu laduni) yaitu ilmu yang di ilhamkan oleh Allah kedalam hati hambanya dengan tiada melaui teleqin dan tiada be’at ijajah daripada masyaikhu, yaitulah ilmu yang tetap tiada hilang tiada lupa lagi, jadilah orang yang mempunyai ilmu itu yang disebut orang ilmu yang sebenar-benarnya sebagaimana yang tersebut dengan firman Allah ta’ala :
 
 

wa’allamnahu min lladunna ilman (alkahf 65)

artinya : dan kami ajarkan dia langsung dari sisi kami akan ilmu. ……..

Telah berkata Syekh ahmad bin muhammad al-iskandari :
 
 syu’a’ul bashirati yusyhiduka qurbahu minka, wa’ainul basharati yusyhiduka ‘adadamaka liwujudihi, wahaqqul bashiirati yusyhiduka wujudahu laa’adamaka walau wujudaka.

Atinya : sinar mata hati itu dapat memperlihatkan kepadamu dekatnya Allah kepadamu, dan mata hati itu sendiri dapat memperlihatkan kepadamu ketiadaanmu karena wujudnya Allah dan haqeqat matahati itulah yang menunjukkan kepadamu hanya wujud Allah semata-mata, bukan ‘adamnya kamu dan bukan pula wujudnya kamu, syu’a-ullbashrati yaitu cahya ‘aqal, ‘ainalbashirah yaitu cahya ilmu dan haqulbashrah yaitu cahya ilahi.

Bersambung ke_6_B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar