Panduan Dzikrullah

Panduan Dzikrullah

Jumat, 23 Oktober 2015

Bab_5_C_Takhallii = Menyinari Hati


                


1.          Shabar dan syukur : khashlatani min kanata fiihi katabahullahu syakiran shabiran waman lam yakuuna fiihi lam yaktubhullahu syakiran shabiran, man nazhara fii duunahu fahamidallaha ‘alaa mafadh-dhalahu bihi ‘alaihi kataballahu syakiran shabiran, waman nazhara fii diniihi ilaa man hua duunahu wanazhara fii dunyahu ilaa man hua fauqahu fa asifa ‘alaa mafatahu minhu lam yaktubhullahu syaakiran walaa shabiran (rawahu tarmidzi), artinya : ada dua shifat : barang siapa yang padanya terdapat dua shifat itu berarti dia dicatat Allah menjadi orang yang bersyukur dan shabar, barang siapa yang padanya tidak terdapat kedua shifat tersebut berarti dia tidak dicatat sebagai orang yang bersyukur dan shabar, ialah orang yang dalam masalah (agamanya) dia melihat kepadanya orang yang lebih tinggi (‘ilmu dan ‘amalnya) kemudian mengikutinya dan dalam masalah keduniaan dia melihat kepaanya orang yang lebih rendah  kemudian dia memuji kepaa Allah atas anugrah yang telah dilimpahkan kepadanya maka Allah mencatatnya kedalam golongan orang-orang yang bersyukur dan shabar , dan barang siapa yang dalam hal (agamanya) melihat kepada orang yang dibawahnya dan dalam hal keduniaan melihat kepada orang yang  di atasnya kemudian dia mengeluh atas sesuatu yang tidak ia memilikinya, Allah tidak mencatatnya kedalam golongan orang-orang yang bersyukur dan shabar.





Tau berterima kasih : inna asykarannaasi lillahi tabaraka wata’alaa asykarahumlinnaasi,wafii riwayati : laa yasykurullahu man laa yasykurunnaasa (rawahu tarmidzi waghairah), artinya : sesungguhnya manusia yang paling bersyukur kepada Allah ialah orang yang paling berterimakasih kepaa sesama manusia, dalam suatu itu : tidak termasuk berterimakasih kepada Allah bagi orang yang tidak tau berterimakasih kepada manusia. 


 
 
 Kelebihan seorang alim : ‘alimu yafta’u bi’ilmihi khairun min alfi ‘abidin (rawahu dailami) , artinya : seorang ‘alim yang ilmunya manfaat itu lebih baik dari pada seribu hamba






  4.             Sampaikanlah ajaran rasulullah saw, : nazh-zhara llahum ra-ata sami’a minnaa syai-an faballaghahu kama sami’ahu farabbu muballaghin au’aa min sami-i (rawahu ahmad ‘an ibn mas’ud), artinya : semoga Allah berkenan memberikan cahya yang berkilauan kepada seorang yang mendengarkan ajaranku kemudian disampaikan kepada orang lain sebagaimana apa yang didengarnya, banyak sekali orang yang diberi anjuran itu lebih faham daripada yang mendengarnya sendiri. 


5.           Menunjukkan kebaikan : kullu ma’ruufin shadaqatun, waddallu ‘alal khairi kafa ‘alaihi,wallahu yuhibbu ighatsatal malhuufi (rawahu ……waibnu abi dunya), artinya : tiap-tiap kebaikan adalah shadaqah, orang yang menunjukkan kebaikan itu seperti orang yang memperbuatnya, allah senang menolong kepada orang yang susah.

 
6.                     Amar ma’ruf itu diperintah : innallaha ta’ala laayu’adz-dzibul ‘ammata bi’amalil khashati hatta yarawulmunkara baina zhuhranihim wahum qadiruuna ‘alaa anyutrakuuhu falayunkiruuna, faidza fa’aluu dzalika ghadz-dzaballahul ‘ammata walkhsh-shata (rawahul baghawi fii syarah sunnah), artinya : sesungguhnya Allah tidak meng’adzab  orang yang banyak dari sebab perbuatan seseorang tertentu sehingga kemunkaran kemunkarannya ditengah-tengah mereka, padahal mereka mampuh untuk mencegah kemunkaran itu, tetapi mereka tidak mau bertindak, bila sudah demikian, maka Allah meng’adzab (si) orang tertentu itu dan orang banyak pula, 
 

 7.                     Nahi munkar : man raa minkum munkaran falyughayyiruhu biyadihi, fainlan yastathi’ fabmlisanihi, fainlam yastathi’ faqlibihi wadzalika adh’aful imaana (rawahu muslim), artinya : barang siapa diantara kamu sekalian melihat kemunkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, apabila tidak mampuh maka hendaklah merubah dengan lisan, apabila itupun tidak mampuh maka rubahlah dengan hatinya, dan yang demikian ini adalah selemah pada iman.


 8.                     Jangan takut dicela karena berkata benar : ‘an abii dzarri radhiallahu ‘anhu, qala : aushalii khaniinii shalallahu ‘alaihi wasallama bikhishalin minalkhairi aushanii anlaa akhaafu fiillahi laumata la-imi, waushanii an afuula haqqa walaukana murran (rawahu ibn hiban), artinya : abu dzar berkata : telah berwashiat junjunanku saw, kepadaku tentang beberapa kebaikan, beliau berwashiat kepadaku agar saya tidak takut akan dicela menjalankan perintah Allah dan agar saya berkata benar meskipun pahit rasanya : 

 

9.                     Shifat yang menyelamatkan dan buruk : tsalatsun munjiatun watsalatsun muhlikatun falmunjiatu : khasyatullahi fissirri wal’alaniyyati walhukmu bil’adli warridha fiilghadhabi wal-istishadu fiilghinaa walfaqri, walmuhlikatu syuhhun mutha’un wahuwan muttaba’un wa’ijabulmar’i bira’yihi (rawahu ….), artinya : ada tiga shifat yang menyelamatkan an ada tiga shifat yang merusak, tiga shifat yang menyelamatkan ialah : (1) takut kepada Allah dengan siir (rahasia) dan dengan kezhahiran (2) menghukum dengan adil diwaktu senang maupun diwaktu (3) hidup sederhana diwaktu lapang maupun diwaktu sempit, tiga shifat yang merusak ialah (1) kikir yang di ikuti (2) nafsu yang patuhi (3) membanggakan diri sendiri.
 
 
 

10.                 Menghilangkan kesempitan orang lain : man naffasa ‘an mukminin kurbatan min kurubiddunya, naffasallahu kurbatan min kurubi yaumalqiyamati, wamayyassara ‘alaa mu’sirin, yassarallahu ‘alaihi fiddunya wal-akhirati, wallahu fii’aunil’abdi makanal’abdu fii’auni akhiihi, waman salaka thariqan yaltamisu fiihi ‘ilman, sahhalallahu lahu bihi thariqan ilaaljannati, wamajtama’a qaumun fiibaitin min buyuutillahi yasluuna kitaballahi wabatada rasuunahu bainahum illa nazalat ‘alaihimussakinatu waghasiat humulrrahmatu wajaffat humulmalaikatu wadzakarahumullahu fiiman ‘indahu, waman abth-abihi ‘amaluhu lam yusri’bihi nasabuhu ( rawahu muslim), artinya : barangsiapa menghilangkan kesempatan orang mukmindalam masalah dunia, Allah akan menghilangkan kesempatannya besok dihari qiyamat, barang siapa memudahkan orang yang sedang kesulitan, Allah akan memudahkan kepadanya didunia dan akhirat, baang siapa menutupi ‘aib (malu/celanya) orang mukmin, Allah akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat, Allah tetap menolong hambanya selama hambanya sanggup menolong saudaranya, barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kesyurga, tidaklah suatu jama’ah berkumpul dimesjid lalu membaca dan tadarus kitabullah al-quran kecuali kepadanya turun ketenangan, penuh dengan rahmat, para malaikat mengelilingi mereka dan  Allah menyebut serta memuji mereka dihadapan para malaikat yang berada dihadapan Allah, barang siapa yang lambat ‘amalnya, nasibnya tidak dapat mempercepat.
 
 
 
11.                 Hati-hati bergaul : arrajulu ‘alaa diini khaliilihi, falyanzhuur ahadukum man yukhaliluhu (rawahu tarmidzi wa abu daud), artinya : seseorang itu mengikuti agama kawannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada siapa seseorang itu bergaul.


 

12.                 Tiga golongan ahli syurga : ahluljannati tsalatsun: dzuushulthani muqsithun muwaffiqun, waajulun rahimun raqibqulqalbi likulli dziiqurbaa wamuslimun, wa’afiifun muta’afifun dzuu’iyalin (rawahu muslim ‘an ‘aishi jamarin), artinya : penghuni syurga ada tiga golongan, ialah penguasa yang adil dan yang baik, orang yang periang lagi lembut hatinya kepada setiap kerabat dan orang muslim, dan orang yang menjauhkan diri dari kejahatan serta berusaha menghindari kejahatan lagi pula berkeluarga (maksudnya berkeluarga : mempunyai kesadaran bermasyarakat).
 
 
 
 13.                 Berpegang kepada Al-quran : inna hadzal quran safi’un musaffa’un manittaba’ahu qadatun ilaaljannati waman tarakahu au’aradhu ‘anhu zaja fii faqahu ilaannari (rawahu….’an jabar), artinya : sesungghunya Al-quran ini adalah pemohon syafa’at yang diterima syafa’atnya, barang siapa mengikutinya ia akan menghantarkan kesyurga dan barang siapa yang meninggalkannya atau berpaling daripadanya maka ia melemparkan tengkuknya keneraka. 
 
 

14.                 Belajar dan mengajarkan al-quran : hairukum man ta’allamalqurana wa’allamahu (rawahu bukhari), artinya : sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al-quran dan mengajarkannyamembuat contoh…:
 
 
man sanna fiil islami sunnatan falahu ajruha wa ajru man ‘amila biha ba’dahu min ghairi an yanqushu min ujurihim syai-un, waman sanna fiil islami sunnatan sayyiatan kana ‘alaihi wizruha wawizru man ‘amala biha min ma’dihi min ghiri an yunqusha min auzarihim syai-in (rawahu muslim), artinya : barangsiapa memulai membuat contoh baik-baik didalam islam, maka ia mendapat pahala dan pahalanya orang yang mengamalkan sesudahnya tanpa dikurangi pahalanya sedikit pun, barangsiapa memulai membuat contoh jelek didalam islam maka dia mendapat dosa ditambah dosanya orang yang mengamalkan sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dosanya,
 
 

15.                 Mempermainkan tuhan :  atta-ibu minadz-dzambi kaman ladzanbi lahu, walmustaghfiru minadz-dzanbi wahuwa muqiimun ‘alaihi kalmuntahzi-ibirabbihi (rawahu baihaqii), artinya : orang yang taubat dari dosa seperti orang yang tak pernah melakukan dosa, orang yang minta ampunan atas dosanya, tetapi dia tetap mengerjakan dosa adalah seperti ketahuilah maka memperbaiki (akhlaq) zhahirnya baupun bathinnya membutuhkan kelanjutan kesucian hati, bersih dari pada syirik dalam arti sebenar-benarnya-‘ibarat : mulai dari mengetahui Allah wujud-meningkat pada mendakatkan diri kepada Allah-lalu mengenal wujudullah-lalu tajalli dzat Allah- itulah : Iman-Tauhid-Ma’rifat-Islam. Diriwayatkan, bahwa : qala ‘aliyyubnu abii thaalibi: qultu yarasuulullahi : ayyuth-thariqati aqrabu ilallahi? Faqala rasuulullahi saw, : dzikrullahi, artinya : berkata saidina ‘aliibnu abii thalib r.a, : wahai rasuulullah saw, manakah thareqat yang sedekat-dekatnya mencapai tuhan? Yang dijawab oleh rasulullah saw, (DZIKRULLAH) mengingati Allah ,…….dan yang dimaksud dengan dzikrullah adalah (puji kepada Allah) dan adapun puji itu pun ada tingkatan maqamnya, yaitu : puji tubuh-puji hati-puji nyawa-puji rahasia, yang akan kita bicarakan nsatu demi satunya pada bab-bab selanjutnya, jadi kesimpulannya : (Takhallii) adalah membersihkan hati dari segala shifat yang tercela-berperangai zhahir bathin dengan segala shifat yang terpuji, agar berhasil menjalankan : segala puji bagi Allah zhahir bathin-lalu kosong hati dari segala apapun selain Allah-hanyalah Allah  ahad semata-mata zhahir bathin awwalnya akhirnya…………………………………………

 


Ada setengah daripada ahli thareqat berkata, (Takhallii) itulah taqwa yaitu : (taa)=taubat-(qaaa) = pana’atun = rela hati-(wawu) = wara’ = rendah hati (yaa) = yaqiin = pasti ………………………..tamat………….. wallahu ‘alam bishshawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar