Panduan Dzikrullah

Panduan Dzikrullah

Jumat, 23 Oktober 2015

Bab_5_A_Takhallii = Menyinari Hati


Takhallii = Menyinari Hati  Dengan shifat-shifat yang terpuji

Firman Allah subhanahu wata’ala : innallah ya-a muruna bil’adli wal-ikhsani wal-itaa-i dzilqurba wayanhaa ‘anilfahsyaa-i walmunkari walbaghyi, ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna ( annahel-90)
 

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada qaum kerabat (hidup kekeluargaan), dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan, dia memberi pengajaran (akhlaq) kepada kamu agar kamu dapat mengambil perhatian,
Setelah kita melakukan membersihkan hati (takhalli) mestilah disertakan pula penyinaran hati, agar hati yang kotor dan gelap itu menjadi terlebih suci dan terang cemerlang karena hati yang demikianlah yang dapat menerima pancaran nuur ketuhanan, maka penyinaran hati ialah mengisi hati dengan segala shifat-shifat mahmudah (yang terpuji), mensuburkan terutama kesaaran dan sema’at : taubat (menyesali diri dari perbuatan tercela, lagi selalu menahan diri untuk tidak bershifat dan berbuat yang tercela), khaf dan taqwa takut kepada Allah, maka karena takutnya bukankah menjauhi Allah akan tetapi karena takut dan taqwanya maka mendekat berhampiri diri kepada Allah dengan menggemarkan ‘ibadat dan ‘amal-‘qamal sunat setelah yang fardhu ditunaikan syukur senantiasa berterima kasih atas hidup dan kehidupan ini selaku nikmat pemberian Allah dari kasih sayangnya Allah belaka, maka jiwanya selalu rela dan (ikhlash) –tulus hati, senantiasa ridha atas segala qadha Allah ta’ala, shabar an tawakal=tahan diri dari kesukaran dan kesakitan semata-mata menggantungkan diri kepada ridha Allah ta’ala, …mulazamatudz-dzikrillah….berlajim selalu mengingat Allah sehingga timbul : (mahabbah) cinta akan Allah semata-mata dan sadar dengan (dzikrul maut) mengingati akan mati, maka hidupnya pun menjadi (zuhud) yakni apa adanya tidak berlebihan maka tenang,
Maka insan yang telah sampai dihiasi jiwanya dengan shifat-shifat terpuji tersebut menjadilah manusia (wara’) yang suci dan (ikhlash ) hati dan niatnya alam menjalankan ‘ibadah kepaa Allah, ikhlash dalam mengabdi melayani masyarakat tanpa pamrih, ikhlash bekerja untuk kepentingan (agama), negara dan bangsa, rela memberikan pertolongan dan bantuan kepada siapapun yang memerlukan, ikhlash berbuat baik, memelihara keluarga-anak dan istri bahkan lain orang, seluruh hidupnya direlakan untuk Allah karena Allah, manusia yang sudah seperti itulah dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Syare’at : adapun melaksanakan syare’at itu diartikan sebagai memenuhi ‘amal (badaniah ) daripada segala hukum-hukum :
Shalat,
Zakat,
Puasa,
Haji,
Yakni segala perbuatan yang bersumber dari Al-Quran dan sunah, firman Allah subhanahu wata’ala :
 

Likulli ja’alna minkum syir’atan waminhaajaa,(alma-idah-28). Artinya : untuk tiap-tiap umat diantara kamu (umat nabi Muhammadsaw, dan umat-umat sebelumnya) kami berikan (Syare’at) dan jalan (Threqat) yang terang, maksud utama syare’at ialah membangun kehidupan manusia atas dasar (amar ma’ruf nahii munkar).
Syare’at membagi (ma’ruf) dalam tiga hukum :
1.      Fardhu atau wajib,
2.      Sunah,
3.      Mubah (harus/wenang,munkarat atas dua :
1.      Haram,
2.      Makruh,
Petunjuk-petunjuk itu memberi pegangan yang kuat bagi setiap manusia untuk dapat pengertian dalam membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah yang mana petunjuk-petunjuk itu mengikat manusia sebagai kendali segala sikap hidup.
Perihal ahli shufiyah melihat, bahwa syare’at itu adalah peraturan-peraturan dan untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan itu diperlukan perbuatan dan istilah thareqat, yang apabila thareqat itu sudah dapat dikuasai lahirlah (Haqeqat) yaitu kenyataan perbaikan keadaan dan ihwal menuju pada (Ma’rifat) yaitulah : mengenal Allah (Al-Khaliq) yang bershifat engan segala shifat kesempurnaan dalam arti yang sebenar-benarnya, kesimpulannya ialah : syare’at ialah pengenalan perintah dan peraturan dan (Haqeqat) ialah pengenalan yang memberi perintah dan peraturan, maka tidak dapat tidak menuntut (I’lmu Ma’rifatullah) berlaku padanya penegakkan2 dimulai tingkat demi tingkat yang disebut maqam. Dalam membicarakan yang ma’rifat dan yang munkarat, qaum threqat lebih suka membagikan dua saja : yang terpuji dan yang tercela, seumpama apa yang sunah2 itu terpuji maka kerjakanlah tanpa memandang besar kecilnya pahala cukup karena memandang Allah yang maha rahman rahiim.
Maka sebelum kita lanjutkan penghiasan itu dan penghiasannya dengan dzikirullah sebagaimana dimaksud dengan (Takhalli), marilah kita bicarakan dahulu perbaikan segi-segi (Akhlaq) menurut peraturan (Syare’at) yang mesti kita patuhi agar dapt meningkat pada perbaikan (Akhlaq) hati yang orang sebut juga sebagai (Budi),

 

1.                     Shilaturrahmi : man ahabba anyubsathalahu fii rizqihi wayansa-alahu fii atsirihi falyashil rahimahu.(rawahul bukhari muslim ‘an anas), artinya : barang siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyukai shilaturahmi (menyambung kekeluargaan).

2.                     Menengok orang sakit : ‘a-idul mariidhi yamtsi fii mikhrafatil jannata hatta yarji’u (rawahu muslim ‘an tsauban), artinya : barangsiapa yang menjenguk orang yang sakit dia berada didalam kebun syurga sehingga dia kembali.


 3.                     orang yang utama : inna aulannasi man bada-a bissalami (rawahu ahmad ‘an abii hurairah), artinya : sesungguhnya manusia yang utama ialah orang yang mendahului memberi.


4.                     Menebarkan salam : idza laqia ahadukum akhahu falyusallim ‘alaihi fainhalat bainahuma syajaratun aujidarun auhajarun tsumma laqiahu falyusallim ‘alaihi (rawahu abu daud ‘an abii hurairah), artinya : apabila engkau bertemu dengan saudaramu sampaikan salam kepadanya, apabila terhalang oleh pohon atau dinding atau batu kemudian bertemu, berikanlah salam kepadanya.
5.                     Berbuat baik kepada orang tua : yaa rasulullahi, hal baqia min birra bawayya syai-un aburruhuma bihi ba’da mutihima? Qala : na’am, ash-shalatu ‘alaihima, wal-istighfaru lahuma, wainfadzu ‘ahdi hima min ba’di hima washilaturrahimillati laatushalu illabihima, waikramu shadiiqihima (rawahu abu daud ‘an abi asaid), artinya : bertanya shahabat : wahai rasulullah, apakah saya masih tetap dapat berbuat suatu kebaikan kepaa orang tua saya sudah keduanya meninggal dunia? Nabi saw, menjawab : masih ada, ialah memohonkan rahmat bagi keduanya-memohonkan ampunan bagi keduanya-mentunaikan segala janjinya, bershilaturahmi kepada orang yang tidak apat dihubungi kecuali dengan keduanya (maksudnya : qarib qerabat dari kedua orang tua) dan menghormat kepada kawan dekatnya.


6.                     Amal yang paling disukai oleh Allah : sa-altu rasulullahi saw, ayyul’amali ahabbu ilallahi? Qala : ash-shalatu ‘alaa waqtiha qultu : tsumma ayyun? Qala : birrulwaliaini, qultu : tsumma ayyun ? qala : alhijadu fii sabiilillahi (rawahu bukhari muslim ‘an abi ma’ud), atinya : saya bertanya kepada rasulullah saw, perbuatan apakah yang lebih disukai Allah? Jawab rasulullah : berbuat baik kepada kedua orang tuamu, saya bertanya lagi : kemudian apa lagi? Beliau menjawab : berjihad dijalan Allah.
 
 

7.                     Berjihat tangan : tashafahuu, yadzhabilghillu ‘an quluubikum (rawahu baihaqi ‘an ibnu ‘abas), atinya : berjihat tanganlah kamu sekalian, yang demikian itu dapat menghilangkan dendam dihatimu. Maksudnya : dalam hidup bermasyarakat yang dapat manusia tidak dapat menghindarkan diri dari sesuatu yang dapat menyinggung atau menyakitkan hati perasaan orang lain, agar ahwah tetap baik dan hubungan tetap lancar, selalu caranya ialah berjihat tangan-tangan dari tangan bertemu tangan diharap sampai di hati bertemu hati, agar hidup kerahmatan tetap tegak.
 
 

8.                     Orang yang beruntung : innalladziina bada ghariban wayarji’u ghariban, fathubaa lilghuraba-illadziina yushlihuuna maafsadannasu min ba’dii min sunnati (rawahu tarmidzi ‘an zaid), artinya : sesungguhnya agama islam itu datang engan asiing dan akan kembali asiing, beruntunglah orang-orang yang pada waktu asiing itu memperbaiki sunnahku sepeninggalku (tetap berpegang dan memperjuangkan).
 
 

9.                     Jaminan syurga : manyyadhman lii mabaina lahyaihi wamabaina rijlaihi adhman lahuljannata (rawahu bukhari muslim ‘ansahal bin sa’ad), artinya : barangsiapa menjamin kepadaku (bahwa dia) akan menjaga apa yang berada antara (rahang), dan menjaga apa yang ada di antara kedua (kaki), aku jamin bagi orang maksudnya : dijamin syurga yaitu orang-orang yang menjaga (mulutnya) dari berkata yang (haram) dan yang (tercela) atau juga yang menjaga diri (makan minum) yang haram atau berlebihan dan yang kedua…mereka yang menjaga (kemaluannya) dari perbuatan (zina) dan nafsu yang tidak puas. 
 



10.                 Enam jaminan syurga lagi : adhminuulii sitta adhman lakuml jannata : ashdiquu idza hadzatstum, wa-aufu idza wa’adtum wa-adduu idza utimtum, wahfazhuu furujakum, waghudh-dhuu absharakum, wakuffuu aidiyakum (rawahu ahmad ‘an ‘ubadah bin shamit), atinya : hendaklah kalian menjamin kepadaku enam perkara, niscaya aku menjamin bagi kalian : syurga, ialah : jujurlah bila bicara, tepatilah bila berjanji, tunaikanlah bila diminta, jagalah kehormatanmu, jangan pandanganmu, kendalikan tanganmu, 
 

11.                 Jangan menganiaya orang :  ittaquu da’watal mazhluumi walaukana kafiran, fainnaha laisa duunahaa hijabun (rawahuahmad ‘an anas), artinya : jagalah dirimu dari du’a orang-orang yang (di zhalimi) meskipun ia orang yang kafir, karena du’anya orang-orang yang di zhalimi itu tidak ada yang menghalangi (tetap di qabulkan Allah).


12.                Tiga macam perbuatan yang terpuji : jalisuululkubaraa-a, wasa-iluul’ulamaa-a, wakhalithul hukamaa-a (rawahu thabrani ‘an ibn jahifah), artinya : duduklah bersama orang-orang ahli huklum (ahli pengetahuan ‘umum). Orang besar disini maksudnya : orang yang berjiwa besar.

 


13.                 Yang dinilai Allah : innallaha layanzhuru ilaa shuarikum wa-amwalikum walakin yanzhuru ilaa quluubikum wa-‘amalikum (rawahu muslim ‘an ibn hurairah), artinya : sesungguhnya Allah tidak melihat / menilai rupamu dan hartamu tetapi Allah hanya menilai kepada (hatimu) dan perbuatanmu
 
 
14.                 Syukur nikmat : attahaddutsu bini’matillahi syukrun watarkuha kufrun, waman laayasykuril qaliila laa yasykuril kasyiira, waman yasykurinnaasa laa yasykurillaha waljama’atu rahmatun walfurqatu ‘adzaabun (rawahul baihaqi), artinya : membicarakan nikmat allah adalah termasuk syukur dan meninggalkannya  (tidak membicarakannya) termasuk (kufur), barangsiapa yang tidak mensyukuri ni’mat yang sedikit berarti dia tidak dapat mensyukuri ni’mat yang banyak, barangsiapa yang tidak mensyukuri manusia berarti dia tidak mensyukuri Allah bersatu adalah rahmat dan bercerai adalah ‘adzab.
 
 
15.                 Dua ni’mat yang sering dilupakan : ni’matanin maghbuunun fiihima katsirum-minannaasi ash-shihatu walfaraghu (rawahulbuhari), artinya : ada dua ni’mat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya ialah : (kesehatan dan kesempatan),
16.                 Orang yang sangat dicintai Allah : ahabbul’amali ilallahi antamuuta ahabballahu ta’ala ‘abdan samhan idza ba’a wasamhan idzastaraa wasamhan idzaqadhaa wasamhan idzaqtadha (rawahul baihaqi ‘an ibn hurairah), artinya : ‘amal yang sangat dicintai Allah ialah engkau mati sedang lisanmu basahkarena berdzikir kepada allah, ahabbakum ilallahi aqalukum thu’man wa-akhafukum badanan (rawahu dailami ‘an ibn ‘abas), artinya : orang                   paling  dicintai Allah ialah orang yang mudah bila menjual, bila membeli ringan badannya.
 
 
 Bersambung ke_5_B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar