Panduan Dzikrullah

Panduan Dzikrullah

Sabtu, 24 Oktober 2015

BAB_3_B_MEMBINA AKHLAQ KESOPANAN ZHAHIR


 

1.                     Dua golongan yang tidak masuk syurga : shinfani min ahlinnari lam arahuma ba’du : qaumun ma’ahum siyathun ka-adznabil baqari yadhribuuna bihannasa, wanisaa-ukasiyatun ‘ariyatun mumilatun matsilatun ru-usahunna ka-asnimatil bahtil maa-ilati layadkhulnal jannataa walayajidna riimaha layuujadu mimasirati kadza wakadza (rawahu muslim ‘an ibn hurairah), = artinya : dua golongan termasuk ahli neraka, sesudah itu daku tidak tau (1) segolongan manusia yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang dipakai memukul orang-orang. (2) orang wanita yang telanjang menari nari dengan melenggak lenggokan kepalanya seperti pundak sapi, mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mendapatkan harumnya syurga, sesungguhnya harumnya syurga itu dapat tercium dari jarak sekian sekian. Maksudnya kira-kira orang yang suka mensakiti orang lain dan orang yang suka sengaja mempertontonkan / memamerkan ‘auratnya dan gaya yang dibuat-buat untuk menarik perhatian an nafsu /gairah orang, keduanya ahli neraka.


2.                     Makan bersama :  ijtami’uu ‘alaa tha’amikum wadzkuruusmallahi yubarak lakum fiihi (rawahu ahmad ‘an wa’asyi ibnu harab),= artinya : berkumpullah kamu sekalian atas makananmu dan sebutlah asma-allah niscaya kalian mendapat berekah pada makanan itu. Seyogyanya dalam keluarga muslim dibiasakanlah makan bersama-sama dengan membaca basmalah.


3.                     Bila lupa membaca basmalah : idza akala ahadukum tha’aman falyaqul bismillahi fa-inlasiya fiil-awwali falyaqul : bismillahi fii awwalihi akhiratihi (rawahu abu daud ‘an ‘aisyah) , = artinya : bila salaseorang kamu makan maka bacalah bismillahi, bila engkau lupa membacanya pada permulaan makan maka baca saja bismillahi fii awalihi wa-ikhirihi (dengan asma-allah dipermulaan atau di akhirnya), hadits ini selain menunjukkan agungnya lafazh bamalah pun juga menunjukkah betapa kita disuruh mengingati Allah ta’ala dalam segala keadaan terutama dikala suka dan ni’mat agar dari mengucap lafazh bamillah jiwa kita lantas bersyukur dan hudhur hati serta Allah.  

4.                     Jangan makan minum dengan tangan kiri : laay’kulanna ahadukum tsimalihi walaa yasrabanna biha, fainnasy-syaithana ya’kulu bitsimalihi wayatsrabu biha (rawahu muslim ‘an ibn ‘umar), = artinya : janganlah seorang pun diantara kamu makan (menyuap) dengan tangan kiri dan jangan pula minum dengan tangan kiri itu, sesungguhnya syaithan makan minum dengan tangan kiri.

5.                     Jangan mencela makanan : maa’aban-nabiyyu shalallahu ‘alaihi wasallama tha’aman quth-thu, kana idzaystahahu akalahu wainkarihahu tarakahu (rawahu ahmad ‘an abi hurairah), = artinya : samasekali tidak pernah mencela makanan bila beliau berselera terhadap makanan itu makanlah beliau, dan bila tidak menyukainya maka beliau meninggalkannya (tidak dimakan).

6.                     Jangan makan sambil bersendiri : lakulu muttakian (rawahu bukhari ‘an abi hujaifah), = artinya : sabda rasulullah saw, saya tidak pernah makan dengan bersendiri , maksudnya makan dan minum itu mesti dengan sikap yang baik dan sopan.

7.                     Dilarang menghembus makanan : idza syariba ahadukum pala yatannafas fiil-ana-i (rawahu bukhari muslim ‘an qatadah), = artinya : manakala seseorang kamu minum maka janganlah menghembus kedalam tempat minum.

8.                     Larangan minum sambil berdiri : nahaa rasulullahi shalallahu ‘alaihi wasallama anyasyrabur-rajulu qiman (rawahu muslim ‘an anas), = artinya : rasulullah melarang seseorang minum sambil berdiri.

9.                     Hal mengambil makanan yang jatuh : innakum laa tadruuna fii ayii tha’amakum albarakatu fa-idza waqa’at luqmatu ahadikum falya’hudha walyumith makana biha min adzaa, walaa yada’ha lisy-syaithani (rawahu muslim ‘an jabar), = artinya : sesungguhnya kalian tiada mengetahui pada makanan yang mana yang ada barakah, maka apabila ada bagian dari sesuapmu jatuh, ambillah dan bersihkanlah kotoran yang ada padanya, jangan kamu tinggalkan makanan yang jatuh itu, kaena menjadilah bagian syaithan.


10.                 Kesopanan duduk : laa tajlisuu bainar-rajulaini illa bi-idznihima (rawahu abu aud ‘an ‘umar waibnu sya’ab), = artinya : janganlah kamu duduk ditengah-tengah dari orang-orang kecuali dengan idzin mereka itu. Mencampuri duduk orang yang sedang duduk-duduk atau bincang-bincang adalah perbuatan yang tidak sopan, karena mengganggu, mestinya tunggulah jika ada keperluan kepada sala seorang dari mereka sampai mereka idzinkan engkau ikut duduk.


11.                 jangan berbisik :  idza kanuu tsalatsatan falayatanajaa itsnani duunast-tsalitsa (rawahu bukhari ‘an ibnu hurairah), = artinya : bila kamu sedang berkumpul tiga orang janganlah kamu berbisik berduaan, meninggalkan orang ketiga. Maksudnya : jika tiga orang duduk jangan bebisik dua orang dengan dengan membiarkan yang satu orang karena itu menyinggung perasaan orang.




12.                 Yang tidak disukai Allah : innallaha kariha lakum tsalatsan, qiila waqala, waidha’atalma-i, wakatsrata ssuwali (rawahu bukhari ‘an mughairah), = artinya : sesungguhnya Allah benci akan kamu pada tiga perkara : banyak omong kosong, berkata ini dan itu, menghambur-hamburkan harta,(bersuka2) dan banyak bertanya (seperti mempersoalkan segala macam).




13.                 Mencaci dan meratapi : itsnaani fiinnasi huma bihim kufrun : ath-tha’nu fiil-ansabi, wanniyyahatu ‘alalmayyiti (rawahu ahma ‘an abi hurairah), = artinya : ada dua erkara apabila beraa pada manusia, dialah kafir, ialah mencela / memaki keturunan dan meratapi orang mati 
 

14.                 Jangan mengadu domba : laa yadkhudhulul jannata qattatun (rawahu bukhari muslim’an hujaifah),= atinya : tidaklah akan masuk syurga orang yang suka mengadu domba.


15.                 kesopanan duduk berkumpul : laa yuksimurrajulurrajula min majlisihi tsumma yajlisu fiihi walakin tafassahuu watawatta’uu (rawahu ‘an abi ‘umar), = artinya : janganlah seseorang menyuruh orang lain bediri ari tempat duduknya lalu dia duduk disitu, tetapi lapangkanlah dan luaskanlah. Adalah sangat tidak sopan tercela menempati orang lain yang sedang berdiri apalagi sengaja menyuruh orang lain berdiri untuk diambil alih tempat duduknya.


16.                  Tergolong pendusta : kafaa bilma-ikadziban ayyuhadditsa bikulli masami’a (rawahu muslim ‘an abi hurairah)., = artinya : cukuplah beralasan seseorang dianggap pendusta apabila ia selalu membicarakan apa-apa saja yang dia dengar. Setiap apa yang kita dengar itu belum tentu yang baik2 seseorang yang suka pada mencerita2kan apa-apa yang dia dengar segala macam orang, acapkali banyak menambah-menambahnya atau mengurangi, maka layaklah orang begitu digolongkan sebagai tukang dusta.


17.                 Kesopanan bertetangga : man kana yu’minu billahi  walyaumil akhiri fala yu’dzijarahu, waman kana yu’minu billahi walyaumilakhiri falyaqul khairan auliyaskut (rawahu bukhari ‘an abi hurairah), = artinya  barangsiapa  yang beriman kepada Allah dan hari ahir maka janganlah mensakiti tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka bicaralah yang baik-baik atau diam.
 

18.                 Kesopanan antar sesama muslim :  khamsun min haqqilmuslimi ‘alalmuslimi, radduttahiyyati, waijabatudda’wati, wasy-syuhudul janazati, wa’iyadatulmaridhi, watastmiitul’athisi idzahamidallaha (rawahu ibnu majah ‘n abi hurairah), = artinya : adalah lima macam kewajiban seseorang muslim terhadap muslim lainnya : ialah menjawab salam dan memenuhi panggilannya (undangan), menghantarkan (menyaksikan) jenazah-berkunjung ketika sakit dan …..ketika berbangkis (bersin) membaca hamdalah (tahmid=alhamdulillah). Qaum muslimin disuruh bersetia kawan, senashib sepenanggungan, dalam keadaan bagaimanapun, sehat atau sakit. Manakala kita berbangkis hendaknya membaca (alhamdulillahi rabbil’alamiina) dan yang mendengar segera menyahut (mendo’akan) yarhamkallahu. Yang berbangkis menyambut : yahdikumullahu. Dan yang mendengar menyahut : wayushlih balakum (semoga membaguskan perilaku anda).

19.                 Kesopanan sewaktu berbangkis : idza ‘athisa ahadukum falyadh’kaffaihi ‘alaa wajhihi walyahfidh mautahu (rawahu hakim ‘an abi hurairah), = artinya : apabila seseorang kamu berbangkis maka letakkanlah kedua telapak tangannya pada mukanya dan direndahkanlah suaranya, maksud menutupi muka dengan telapak tangan yaitu pada bagian mulut dan hidung agar suaranya agak teredam (tidak terlalu nyaring) dan kemungkinan air ludah atau ingus tidak sampai mengganggu orang.
 
Bersambung ke_3_C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar