Panduan Dzikrullah

Panduan Dzikrullah

Sabtu, 24 Oktober 2015

BAB_1_B_THAREQAT

 THAREQAT
 
Begitulah Wahyu yang Pertama-tama beliau terima di Ghuha Hira dari mulai ….IQRO(bacalah) sampai-sampai diakhir surat…..AL’LAQ….wasjud waqtarib….. dan sujudlah dan katakanlah dirimu kepada tuhan tiada lain istinya daripada ajaran-ajaran / didikkan ruhani yang diperoleh Nabi SAW. Dalam hidup keruhaniannya.
Setelah junjunan kita Muhammad SAW. Menjadi Rasul – setelah beliau sering mengasingkan diri, Kholawat / Zuhud di Guha Hira tetapi beliau meneruskan Mujahadah mendekatkan diri (Muroqobah) dengan (Kholaqnya), berdzikir – bertaubat  / istighfar – shalat-shalat tahajud–bermunajat kepada Allah dalam tingkat “Musyadah“ dan “Mukasyafah“ yang dengan jalan ini beliau mencapai Haqeqat ketuhanan.
 
Nabi SAW. Memperkuat batnin dengan hidup keruhanian, maka beliau menjadi seorang yang quat keyaqinan dan keimanannya menguasai segenap jiwanya dengan kekuatan batnin kuat dalam menderita kesukaran dan aniaya musuh-musuhnya, kuat menahan lapar dan dahaga, kuat dalam kekuarangan sandang atau pangan atau alat-alat perlengkapan hidup kuat menahan segala bentuk kesakitan, kuat dalam menguasai diri, menjadilah seseorang yang paling mulya dalam tindakan, perbuatan dan ucapan, shabar dan berani dalam segala sifat-sifat yang paling terpuji.
Semenjaka beliau dimadinah, dengan sengaja beliau mendirikan disamping mesjid madinah suatu ruangan khushush (Majlis) sebagai tempat tinggal dan tempat didik ilmu agama bagi para shabat-shahabatnya yang mengikutinya dalam perjuangan , dan pembangunan Islam, tempat itu dinamakan: (sufah) (Zawiyah), mula-mulanya ada empat ratus orang pengikut dan lambat laun menjadi berlipat ganda.
Mereka itu dinamakan ahli sufah, berbudhi akhlaq halus, sangat kuat Iman keyaqinannya, tawakal dan ikhlash, hebat kekuatan batninnya.
Rasulullah pernah berkata kepada abu hurairah r.a . ahli sufah itu adalah tamu-tamu orang Islam, mereka tidak mempunyai keluarga, tidak mencintai  harta banda dan tidak terikat kepada seorang manusiapun hatinya kecuali kepada Allah dan Rasulnya.
  
Jaminan Allah ta’ala adalah bahwa (Rizqi  dan Melimpah) kebandaan pasti di anugrahkan oleh Allah kepada setiap (Mukmin) yang berpegang pada Thoreqat sunat rasuul tercermin dalam firmannya :
 

Wa anlawis taqomu ‘alaa thoreqoti laasqainahum maa an ghodaqon ( al-jin – 16 
Artinya : dan bahwasanya jika mereka tetap berjalan lurus diatas thoreqat (jalan Allah) tentu kami memberi kepada mereka minum air segara (Rizqi yang berlimpah).
Memang pada zaman permulaan Islam yaitu dimana kunci kekuasaan sudah ditangan Nabi SAW. Dan qaum muslimin kekayaan datang berlimpah, dan melihat kekayaan yang melimpah-limpah ketangan qaum muslimin yang datangnya itu banyak tersangka-sangka maka saidina ‘Umar r.a . sendiri tercengang keheranan, banyak para shahabat yang dahulunya hidup sederhana atau miskin kini hidup menjadi orang2 kaya raya seperti : saidina ‘Usman bin ‘Afan, saidina ‘Ash zubair bin ‘awam, ‘Abdurrohman bin ‘Auf dan lain-lain, jelas itu adalah bukti kenyataan dari firman Allah ta’ala : 
 
Waman yattaqillaha yaj’allahu makhrojan wayarzuqhu min haitsy layahtasib ( aththolaq – 2 - 3 )
Artinya : barang siapa yang bertaqwa kepada Allah tentu diberikan jalan keluar dari kesusahan dan Allah. Tetap memberikan Rizqi / kekayaan tanpa dapat disangka-sangka / diperkirakan  datangnya.
Tetapi ditengah-tengah kekayaan Umat Islam yang melimpah itu, Nabi Besar Muhammad SAW. Tetap hidup sederhana sebagai hidupnya seorang shufi  dalam hidup keruhanian, suatu hari saidina ‘Umar r.a menemui Nabi SAW. Dikamarnya : tidak didapat perhiasan – tidak ada perabotan selain satu buah bangku yang alasnya terbuat dari jalinan daun kurma dan didinding yang tergantung hanyalah sebuah guriban tempat air persediaan untuk berwudhu bagi Nabi SAW.
Maka terharulah saidina ‘Umar .r.a  sampai-sampai bercucuran air matanya,    
Lalu Rasulullah SAW. Menegurnya : mengapa kira air matamu bercucuran wahai ‘Umar ?
Saidina ‘Umar .ra. menjawab :, bagaimana saya tidak terharu Ya Rasulullah, hanya begini ini yang kudapati dikamar tuan ! tidak ada perabotan tidak ada kekayaan padahal sekarang kunci “ Maysriq dan Maghrib “ telah tergenggam ditangan tuan ! dan kekayaan Negara dan Bangsa telah berlimpah, lalu beliau menjawab : daku ini adalah pesuruh Allah, wahai ‘Umar, bukankah aku ni seorang maha raja dari Roma atau seorang kaisar dari Persia, mereka menuntut dunia dan aku menuntut akhirat.
  Diriwayatkan bahwa pada suatu hari datanglah saidina jabrail . a.s. kepada Nabi Muhammad SAW. Menyampaikan salam tuhan dan bertanya :, manakah yang anda suka. Ya Muhammad ! menjadi Nabi yang kuasa dan kaya raya seperti Nabi Sulaiman atau menjadi seorang Nabi fafa lagi miskin seperti Nabi Ayub ? Rasulullah SAW. Menjawab : aku lebih senang dengan kenyang sehari lalu lapar sehari, jika kenyang aku bersyukur pada tuhan dan jika lapar aku Shabar atas cobaan tuhanku.
Demikianlah hidup keruhanian dalam Islam telah dimulai dari peri kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW. Dan para shahabatnya yang utama dan pun terdapat dalam kehidupan para Nabi-nabi yang terdahulu.
Para shahabat-shahabat Nabi yang utama dengan mencontoh kehidupan Nani Besar Muhammad SAW. Telah dapat menggabungkan kehidupan lahir (Duniawi) dengan hidup keruhanian didalam hidupnya sehari-hari, meskipun beliau-beliau menjadi Kholifah yang utama seperti : Saidina Abubakar – ‘Umar – ‘Utsman – ‘Alii r.a. dimana segala warna kehidupan itu telah mereka pandangi , dari hidup keruhanian Hati : memperkuat Iman yakni hidup yang ditegakkan atas kemurnian jiwa, dan kesucian Hati : seperti memperkokoh Iman – Keyaqinan dan kekuatan batnin.
Berkat kehidupan qaum Muslimin mencontoh dari Nabi Besar Muhammad SAW. Mereka berjuang menegakkan masyarakat dan negara untuk dan dari ketinggian “Agama Allah“ sampai jatuhlah kekuasan-kekuasan penantang-penantang Islam seperti : “ hancurnya singgasana Kaisar Roma “ – runtuhnya Mahligai Kaisar dari Persia, lalu terpeganglah anak kunci Barat dan Timur. Harta kekayaan melimpah, harta banda bertimbun2 – tetapi itu semua bukanlah tujuan  seolah-olah hanya yang secara kebetulan saja jumpa ditengah perjalanan, sebab tujuan utama dan yang paling Besar adalah : Ma’rifatullah.
Rasulullah SAW. Bersabda : Zuhudlah terhadap dunia supaya Tuhan mencintai engkau dan Zuhudlah  pada apa yang ditangan manusia supaya siapapun cinta akan engkau (diriwayatkan oleh ibnu maja – Thabroni dan Baihaqi).
Imam Ghazali berpendapat : bahwa daku yaqiin benar-benar bahwa qaum shufiyah itulah benar-benar menempuh jalan yang yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan yang dikehendaki oleh Allah, lagi beliau berpendapat : bahwa berhampiri diri kepada Tuhan–merasakan wujudnya Tuhan dan mengenal Tuhan hanya dapat dicapai dengan menempuh satu Jalan yaitu jalan yang ditempauh oleh Qaum Shufiyah.
Sejarah mulai ramainya : Thoreqat .
Melemahnya semangat keruhanian dan jiwa shufi telah menyalakan fitnah yang paling hebat lantaran harta dan kekayaan yaitu sesudah Khulafai rrosidiin / Shahabat yang (Empat) dimana terjadi perang saudara dikalangan qaum musliminn sendiri.
Kemudian kholifah “ mu’awiyah “ berbentuk kerajaan sudah jauh berbeda dan menyimpang dari ! cara shahabat / kholifah yang empat, kerajaan bani ‘umayah lalu meniru kebiasaan –kebiasaan kebandaan seperti yang dipake oleh Raja-raja Persi dan Romawi dan berangsur-angsur hidup keruhanian ditinggalkan kerajaan Islam telah bertambah diliputi kekayaan harta yang melimpah dan berdirilah orang-orang kaya yang berkuasa atau orang-orang berkuasa yang kaya raya, maka lalu dapat perbedaan hidup dan kehidupan yang sangat menyoliok dimasyarakat warga negara, kekuasaan pemerintah kholifah telah tidak ada batasannya dan kekuasaannya hanya untuk membela pihak yang berkuasa, sedang kepentingan masyarakat / rakyat menjadi diabaykan, pada masa itu timbullah pula perlawanan yang digerakkan oleh tiga kekuatan yakni “ Qaum khawarij “ Qaum Syi’ah Qaum Zahid “ kedua golongan yang pertama semata-mata ingin merebut pemerintahan dari bani ‘Umayah tersebut, tetapi golongan Zahid bukan karena menginginkan tahta kekuasaan, tetapi mengingini agar kembali meratanya hidup keruhanian yang dengan itu dapat tercipta keadilan kesejahtraan yang merata, mereka yakin bahwa dengan hidup keruhanian itlah akan dapat padam api pitnahan, mengembalikannya perpecahan dan permusuhan serta terbina perdamaian yang abadii, karena keruhanianlah dapat menjalin baiknya hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan
Pada masa itu daulat bani ‘Umayah adalah suatu kerajaan yang paling luas kekuasaannya terbentang dari sebelah Timur mulai daratan Asia sampai kebarat yaitu, daratan Erifah di Sepanyol, paling kuat, kaya dan maju, sayang justru dikala begitu hidup keruhanian Umat Islam tertindih dengan hidup kebandaan dan kemewahan, kehidupan bertashauf ditinggalkan sehingga akhirnya jatuh dan hancur juga dalam kekuatan dan kekayaan kemegahan kebandaan, dengan pengalaman dan nashib yang sama juga daulat Bani ‘Abas / ‘Abasuyah dibaghdad, memang benar sekali apa yang pernah diramalkan oleh Nabi SAW. Bahwa kamu akan hancur lebur laksana hancurnya kayu dimakan api-api disebabkan hatimu telah terpaut oleh dunia / kebandaan : maka pangkal keruntuhanmu ialah karena fitnah yang timbul dari dalam kalanganmu sendiri.Jatuhnya kerajaan Bani ‘Umayah di Erifah / Sepanyol dihancurka oleh “ Keristen Katholik “ di erofah dimana umat islam disan dibasmi habis-habisan, sampai sekarang hampir tidak ada lagi bekasnya seolah-olah orang tidak dapat percaya bahwa disepanyol itu pernah berpusat Negara Islam yang tekuat, terkaya dan termaju itu, kehancurannya bukannya karena lemahnya persenjataan atau lemahnya ekonomi akan tetapi karena lemahnya jiwa keruhanian maka kekuatan batin mereka pada waktu itu telah pudar hanyut ditelan arus kebandaan, meskipun dikala itu ada juga ahli tashauf dan filsafat seperti “ Ibnu Rasyid , Ibnu ‘Arobi dan lain-lain tetapi disitu tidak terdapat semacam kelompok zawiyah ( Majlis pendidikan ) bagi mendidik orang keruhanian gina kekuatan batin semacam (Suffah) yang diadakan oleh Rasulullah SAW. Padamasanya.
Lain halnya dengan kehancuran kerajaan Islam, ‘Abasiyah dibaghdad oleh “ Hulaqu “ juga dari kekuasaan keristen katolik dibagian timur dimana seolah rata menjadi tanah Hulaqu berdiri menepuk dada dengan congkaknya diatas ratusan ribu mata qaum Muslimin seolah-olah bahwa Islam itu telah dibasmi sampai keakar-akarnya dan tindakan kekejaman Hulaqu itu menurut pandang zhohir Islam disitu sukar dapat bangkit lagi, yerutama jika dipandang dari segi kekuatan yang tampak zhohir, akan tetapi kenyataannya tidaklah demikian, mengapa ?
Kekuatan senjata dapat dilumpuhkan, kekayaan harta banda dapat dirampas sedangkan kitab-kitab Agama dan Ilmu pengetahuan dapat dibasmi dan dibakar oleh manusia, tetapi keyakinan Iman yang kuat dalam bathin orang Mukmin tidak dapat dilumpuhkan, tidak dapat dirampas oleh manusia, inilah satu-satunya yang masih tesisa : Iman , Keyakinan , dan kekuatan bathin yang masih tertinggal di dada qaum Muslimin baghdad, terutama para Shufinya, Iman mereka yang masih menyala didalam Hati mereka di tengah-tengah reruntuhan kehidupan, dapat membangkitkan kembali sinar kejayaan Islam yang anadi.
Pada masa itulah thoreqat berkembang dimana-mana negri yang ada pemduduknya Islam, oleh karenanya berkembang pulalah tempat-tempat pendidikan, tempat-tempat Ta’lim dan tempat-tempat melakukan latihan-latihan thoreqat pada umumnya bershifat sederhana tempatnya dan terasing dari keramaian lomba dunia / kebandaan, seumpama Zawiyah dimasa Nabi SAW. Yang justru tidak terdapat disepenyol pada zaman Bani ‘Umayah.
Demikianlah thoreqat pada waktu itu seperti jamur dimusim hujan, pada waktu itulah tokih-tokoh shufi banyak sekali, mereka bersatu dalam tujuan yakni hendak manunggal dengan tuhan walaupun dengan cara dan  jalan yang bermacam-macam dan cara dan jalan yang ditempujnya itulah dinakan “ Thoreqat “ yang namanya dibangsakanlah kepada penemunya.
Sisa-sia kekuatan itulah masih dimiliki oleh qaum Muslimin yang kemudian bangkit kembali dengan kekuatan dengan keyakinan Islam sebagaimana bukti-bukti yang masih dapat kita saksikan di negara-negara Muslim pada masa sekarang termasuk mendunia, sejarah tidak boleh melupakan jasa-jasanya para Syekh-syekh Mursyid, Guru-guru thoreqat dan para muridnya, yang berkat penganut-penganut thoreqat itu kini Islam masih dapat memancarkan sinarnya.
Kekuatan Iman dan keyakinan yang menguasai jiwa mereka itu dimana Agama Allah dan rasa ketuhanan benar-benar telah berpungsi  didalam bathinnya, mereka berdu’a dengan selalu beserta tuhannya, sehingga mereka merasa berkekalan khudhur hatinya serta Allah, maka hatinya selalu damai dan tenang, sebagaimana tersebut dalam firman Allah ta’ala : 
 
 
Ala inna auliallahi lakhaupun ‘alihim walahum yahzanuun ( yunus – 62 ).
Artinya : bahwa sesungguhnya wali-wali Allah itu tiada takut atas mereka dan tiada pula rasa ragu duka cita.
Tashauf = Thoreqat adalah pusaka terpenting keimanan islam.
Acapkali terdengan ejekan atau cemoohan : apa itu tashauf, apa itu thoreqat, apakah itu sudah ada pada masa Rasulullah SAW ?. apa itu mukan bid’ah ? dan yang semacam itu pula ada yang menganggap thoreqat itu sesuatu yang katanya ; diada adakan dan sebagainya.
Terhadap mereka yang melontarkan ejekan demikian sepetutnyalah kita mengangkat kedua belah tangan berdo’a : 
 
Allahummagh firlirlahum fainnahum laya’lamuuna.
Artinya : Ya Allah, ampunilah mereka itu karena sesungguhnya jelas bahwa mereka itu tiada berpengetahuan.

 Sebagaimana telah kita jelaskan bahwa hidup keruhanian itu adalah jiwa perikehidupan yang mulya Nabi Besar Muhammad SAW. Baik dimasa beliau sebelum menjadi Nabi maupun setelah menjadi Nabi dan Rasul,
Demikian perikehidupan para shahabatnya yang utama mengikuti beliau
Lalu perata yakni dan seterusnya sampai pada masa kita ini, bahwa hidup keruhanian itulah yang menjadi ilmu tashauf dan thoreqat.
Untuk mengetahui Iman /  rukun Iman pelajarilah ilmu ushuludin,
Untuk mengetahui Islam / rukun Islam pelajarilah ilmu fiqiih,

Untuk mengetahui  Ihsan / rukun Ihsan pelajarilah ilmu tashauf

Untuk melaksanakan Ihsan pelajarilah ilmu thoreqat,
Perlu dihilangkan sementara anggapan yang mengira seolah-olah ilmu tashauf / thoreqat itu tidak berasal dari Islam, padahal ilmu tashauf / thoreqat itu adalah pusaka keagamaan Islam.
Keruhanian itu mengukuhkan iman dodalam hati membina kekuatan batin sehingga menjadi alat kekuatan bagi perjuangan Agama Islam sepanjang masa dan suasana, lihatlah junjunan kita Nabi Besar Muhammad SAW, disamping beliau sebagai Rasulullah – pendiri Negara (Negarawan) – Panglima Perang – Imam peribadatan, manusia Suritauladan – pemberi smangat dan kasih sayang – Rahmat bagi seluruh ‘Alam, tiada lain sendi-sendi kekuatannya adalah hidup keruhanian sebagai sendi kekuatan batin yaitu kekuatan penentu bagi segala ihwal kezhohiran.
Firman Allah ta’ala : 
 
Ulaaika kataba fii quluubihimul imana waayyadahum biruuhi minhum wayudkhiluhum jannatin tajrii min tahtihal anharukholidinafiiha rodhiyallahu’anhum warodhu’anhu ulaaika hizbullahi alaa innahizbullahi humul muflihuun ( almujadakah – 22 ).



 
Artinya : mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan Allah menguatkan mereka dengan Ruuh ( Kekuatan dan keimanan hati ) yang datang daripada Allah, dan dimasukkannya mereka itu kedalam syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai mereka kekal didalamnya, Allah ridho atas mereka dan merekapun puas atas limpahan rahmat Allah, mereka itulah golongan / pasukan Allah, ketahuilah bahwa golongan Allah itulah golongan yang untung, sebagaimana telah diuraikan bahwa hidup keruhaniannya Nabi Besar Muhammad SAW. Itulah kemudian menjadi : ‘Ilmu tashauf, tetpai memang di zaman Nabi SAW, belumlah dimasyhurkan nama : tashuf sebagai cabang ilmu pengetahuan yang khushush, pada masa itu belum lagi diuraikan cabang ilmu seperti : Ilmu fiqiih – ilmu Kalam – Ilmu Hadits – Ilmu Tafsir – dan lain-lain, setelah kemajuan umat mulai berkembang bersamaan perkembangan zaman dimana perkembangan ilmupun tumbuh dengan berbagai cabangnya, maka pada abad “ Kedua Hijriyah “ atau abad kedelapan “ Masehi “ barulah keruhanian itu dilaksanakan dengan tatacara menjadilah suatu ilmu dinamakan ilmu tashauf, perhatikanlah suatu hadits yang diriwayatkan dari saidina Abu Hurairah r.a :
 
 
  ‘An abi hurairah r.a qola : kanan nabiyyu SAW. Barizan yauman linnasi fa atahu rojulun faqola :  malimanu ? qola : alimaanu antukmina billahi wamalaikatihi wabiliqoihi warusulihi  watukmina bilba’si qola : malislamu ? qola : al islam anta’budallahu walatuysrika bihi syaiian watiqiimashsholata watuaddiyazzakatal mafrudhota watashuuma romadhona, qola : mal Ihsanu ?
qola : anta’budallaha kannaka tarohu fain lam takun tarohu fainnahu yaroka ( rowahul bukhari ) .
artinya : dari abu hurairah r.a berkata : pada suatu hari adalah Rasulullah berada di tengah-tenga
kelomp okok  orang-orang banyak, tiba-tiba seorang laki-laki (Malaikat Jabrail a.s) datang lantas bertanya, apakah Iman itu ? dijawab oleh Nabi SAW. Iman ialah bahwasanya : engkau percaya adanya Tuhan , percaya akan Malaikatnya – Percaya Firman-firmannya Allah – Percaya akan Rasul-rasul Allah – Percaya akan Hari Kebangkitan , bertanya lagi laki-laki itu : apakah Islam itu ? Nabi SAW, menjawab Islam ialah Menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya, menegakkan Shalat, menunaikan Zakat yang dipardhukan, berpuasa dalam bulan Ramadhan, kemudian laki-laki itu bertanya lagi : apakah Ihsan itu ? Nabi SAW, menjawab : bahwasanya Ihsan itu ialah keadaan engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melaihat Allah, sekiranya engkau tidak dapat melihatnya, maka Allah melihat akan engkau.  
 
 
Bersambung ke_1_C

Tidak ada komentar:

Posting Komentar