Panduan Dzikrullah

Panduan Dzikrullah

Rabu, 21 Oktober 2015

BAB_19_B_MUROKOBATU – MASYAHADATU

 

MUROKOBATU – MASYAHADATU 

 

 
 
 
Kata ahli tashauf :  kaannallaha walaa syaiia ma’ahu wahuwal aana ‘alaa maa’alaihi kana
Artinya : adalah Allah tiada suatupun bersamanya yaitu Allah terhadap keadaan bahwa terjadinya keadaan yang demikian itu adalah bagi seorang yang telah tahqiq benar-benar dalam maqom fana, tidak ada pandangan melainkan hanya pandangan akan Allah yang Maha Esa belaka, maka terjadilah masyahadah, karena wujud haqiqi kekal bagi Allah semata-mata, lenyap wujud lain pada dzat-Nya, sebenarnya masyahadah itu biasanya dapat tercapai dengan mujahadah  sungguh-sungguh ber’amal.
 
Perihal Tasyauf  Menggariskan:


Man  jayyana   zhohirohu   bilmujahadati   hasanallahu    saroirohu   bilmusyahadati,
Artinya : barang siapa menghiasi lahirnya dengan mujahadah (kesungguhan) niscaya Allah memperbaiki SIR / hatinya dengan masyahadah dan lagi 
 
 
Al’musyhadtu Hudhurul Haqqi,
Artinya : masyahadah itu adalah kehadiran kepada Allah maksudnya  : tingkat masyahadah ini di dahului dengan almukhadhoroh ( kehadiran hati ) beserta Allah. Hudhurul qolbi Artinya : menanjak lagi ketingkat Almukasyafah Artinya : terbuka rahasia . yaitu Lamahjuuba ‘Anna’til ghoibi : Artinya : tiada tertutup dari shifat-shifat ghoib, setelah itu barulah seseorang dapat mencapai tingkat Almusyahadah, yang menurut imam junaed rodiallahu anhum ta’rifnya .  

Almusyahadatu Wujudul Haqqi Ma’a Fuqdanihi,
 
Artinya : Al-musyahadah itu adalah nampaknya AL-HAQ ta’ala dimana alam perasaan sudah tiada.
 
 
Kemudian dikatakan juga : ammal musyahadatu fahiya kasyfa hijabil bilhissi ‘annuril qudsi wakasyfaridaish shauni ‘ani kaoni faanta tusyahidu dzatahu fii ‘alami ‘alakutihi wahuwa yusyahiduka fii’alami mulki . anta tusyahidu rububiyyatahu wahuwa yusyahidu ‘ubudiyyataka. Wamusyahadahu robbi lil ‘abdi hiya ikhothotu ilmihi biahwalihi wasrorihi.
Artinya : Al-musyahadah  itu terbukanya Hijab alam perasan dan pancaran nur yang Maha suci yaitu tersingkapnya Tabir peliharaan alam wujud ketika itu engkau melihat Dzatullah dan alam malakutnya. dan Allah pun melihat kamu dalam alam kekuasaan-Nya dan Allah pun melihat kamu dalamalam kekuasaan-Nya engkau menyaksikan Rahasia ketuhanan-Nya dan Allah pun menyaksikan kehambaanmu / pengabdianmu. Dan penyaksian tuhan terhadap hambanya adalah meliputi ilmunya akan ikhwalnya dan
rahasia hatinya, maksudnya : Allah Maha mengetahui atas segala yang diketahui oleh hambanya, pun apa-apa yang diperbuat dan yang tergores dalam hati hambanya, bahwasanya masyahadah itu pun dapat diperoleh  melalui PINTU YAKIN sebagai mana terkandung sabda Rasulullah s a w 
 
Muutuu  Qoola  Antamuutuu.                                        
Artinya : Rasakanlah mati sebelum engkau mati
Yang dimaksud dengan kata—MATI—dalam pengartian ini ialah HIDUPNYA HATI, dan tiada sangat KEHIDUPAN HATI melainkan dengan SANGAT MATINYA NAFSU, jadi arti MATI disini adalah sangat MATI NAFSU, dan ini dengan merasakannya, sebagai mana dikatakan oleh syekh abu ma’yam.
 
 
Man Lam Yamtu Lam Yarolhaq.
Artinya : barang siapa merasai mati niscaya ia tidak dapat melihat / menyaksikan masyahadah dengan Al-haqqu ta’ala
 
 
Dan syekh abu ‘abas berkata :
Layadhula‘alaihi min baababni : min babil fanail akbari wahuwal maututhobi’iyyu. Wamin babil fana illahi tu’nihi hadzihits thoifatu,
Artinya : tiada masuk masyahadah dengan Allah kecuali melalui DUA PINTU salahsatu dari pintu itu adalah pintu PANAUL AKBAR yaitulah pintu MATI THOBI’I dan daripada pintu FANA yang mengenakan menurut pengertian ahli tashauf.
Ketahuilah jalan untuk sampai kepada MASYAHADAH dengan Allah dengan cara melalui PINTU MATI dalam pengertian MATINYA NAFSU untuk HIDUPNYA HATI dapat ditempuh pada empat tingkat
 
 ( 1 )  MATI THOBO’II   ( 2 ) MATI MA’NAWII
( 3 ) MATI SURI    ( 4 ) MATI HISSII
 
Mati Thobi’ii

Adapun MATI THOBI’I menurut ahli – ahli thoreqat terjadi dengan kaunia Allah pada sangatseorang mujahada menjalankan DZIKIR lathoif dalam lathifatul QOLBI, dan MATI THOBI’I ini merupakan pintu pertama bagi MUSYAHADAH dengan Allah maka dengan limpah karunia Allah dia FANA / lenyap pendengarannya, yang dhohir karena nyaringnya telinga BATHIN mendengar kalimatul ‘ulya –Allah – Allah – Allah pada tingkat ini DZIKIR QOLBU  dimulai dengan HATI  berdzikir kemudian menjalar kesegala INDRA serta jalan / bergerak dengan sendirinya lalu ALAM PERASAAN mulai HILANG itulah MATI THOBI’I,  maka pada sangat – sangat seperti itu AQAL PIKIRAN mulai tidak berjalan lagi melainkan terjadilah sebagai ILHAM yang tiba-tiba NUR ILAHI terbit dalam HATI, muhadhoroh hati beserta Allah, maka telinga BATHINNYA mendengar. 
 
 
Innanii annallahu lailaha illa anaa
Artinya : dalam tanjakan – tanjakan bathin inilah seorang selaku yang mujahadah itulah memulai masuk pada PINTU FANA yang pertama yang disebut sebagai
Fanau fiil af’al . dan . tajallai fiil af’al.
Dimana gerak dan diam itu adalah pada Allah.
 
 
Qauluhu: Laa faa ‘ila Illallah
Tiada yang berbuat gerak  dan diam hanyalah Allah
 
Mati Ma’nawii.:
 
Menurut setengah dari pada ahli thoreqat, bahwa MATI MA’NAWI ini terjadi dengan karunia Allah ta’ala pada saat seorang mujahada melakukan DZIKIR didalam LATHIFATUR RUH, digambarkan pula bahwa terjadinya itu sebagai ILHAM yang tiba-tiba NUR ILAHI terbit dalam HATI yang ketika itu penglihatan secara lahir lenyap.
Terganti MATA BATHIN yang menguasai penglihatan DZIKRULLAH sudah pada tingkat ini semakin meresap terus pada diri yang mana DZKIR sudah menjalar hawanya di sekujur tubuh.
 Termasuk segala bulu roma serentak BERDZIKIR, shifat-shifat keinsanan telah lebur diliputi shifat ketuhanan, maka mujahada tersebut telah memasuki FANAU yang kedua yang dinamakan: FANAU FIISH SHIFATI, shifat kebaharuan dan kekurangan serta alam perasaan lenyap / fana dan yang tinggal adalah shifat TUHAN yang maha sempurna lagi ajali.
 
Mati suri

BAHWA MATI SURI ini terjadi dengan karunia Allah ta’ala pada saat seorang mujahada melakukan Dzikir didalam lathifatussir pada Dzikir lathoif, maka pada tingkat ketiga ini dia telah masuk PINTU MASYAHADAH dengan Allah dan ketika itu segala keinsanan LENYAP PANA dengan lain perkataan alam wujud gelap dan (ghulmatu) telah ditelan alam ghoib (alam malakut) yang penuh dengan nur cahya serta yang BAQO adalah NURULLAH semata-mata.
 
 
 
nur af’alullah – nur shifatullah – dan nur dzarullah,- nurun ‘ala nuriin, -firman Allah ta’ala : nurun ‘alanuril yahdillahu linurihi may-yasya (annur 35)
Artinya : Di cahya diatas cahya Allah melimpahkan karunianya dengan NUR-NYA kepada siapa-siapa yang dikehendakinya (laa mahmuda illallah) tiada yang terpuji melainkan Allah.
 
Mati Hissii:

Bahwasanya MATI HISSI terjadi dengan karunia Allah jua pada saat seorang  mujahada melakukan  Dzikir Lathofatul Khofi pada dzikir lathoif, yang pada tingkat keempat ini dia telah sampai ketingakat yang lebih tinggi bagai mencapai maqom MA’RIFAT maka LENYAPLAH / PANA segala shifat – shifat KEINSANAN yang muhaddats (Baru) terganti shifat-shifat TUHAN yang  QODIM AJALI ketika itu menanjaklah BATHIN keinsanan lebur kedalam KEBAQOAN ALLAH yang qodim, manunggal abadi dan MA’BUD dan yang bersangkutan lantas mengalami yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinganya, tidak pernah terlintas dalam hati sanubari manusia, tak dapat dishifatkan, akan tetapi yang bersangkutan mengerti sendirinya. Untuk mencapai keadaan seperti musyahadah seperti tersebut diatas adalah dengan mujahadah, karena siapa-siapa menghiasi dirinya DZOHIRNYA dengan mujahadah niscaya Allah mempernaikkan sirnya / hatinya dengan masyahada MANLAM YADUQ LAM YA’RIF artinya : siapa-siapa yang belum merasai tentu ia belum mengenalinya.
Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar