Panduan Dzikrullah

Panduan Dzikrullah

Rabu, 21 Oktober 2015

BAB_18_B_ NUUR MA’RIFATULLAH . DAN NUURUL ILAAHI



Penjelasan atas istilah – istilah adalah sebagai berikut

1.       seorang mu’min selama kegiatannya melaksanakan perintah-perintah Agama (takaliif )
baru dalam batas – batas yang nampak Zhohir saja maka tingkat kegiatannya  dinamakan Maqom Islam / Nuurul Islam.
2.   manakala kegiatannya telah meningkat naik menjadi ( A’malan Qolbu ) dengan riyadhoh dan mujahadah dengan kegiatan           ( takholli ) dan takholli maka tingkat kegiatannya itu dinamakan  Maqom Iman / atau Nuurul Iman 
3.  manakala kegiatannya meningkat lagi naik menjadi  (‘Amalan Ruuh) dan sirr maka tingkat kegiatannya itu dinamakan Maqom Ikhsan / atau Nuurl Ikhsan.
Tegasnya :  (Nuurul Qolbu) itu disebut pula (Nuurul Ma’nawi)  yakni tidak terlindung dan  tidak terbenam, sebagai mana kata ahli – ahli tashauf :
Innasy-syamsan nahari taghrobu bilaili,wasysyamsal quluubi laisat taghibu
Artinya : sesungguhnya Matahati terbenam diwaktu Petang dan sesungguhnya Sinar Cahya Hati itu. tiada Kunjung menghilang .
Tiga   Tingkatan Nuurul Qolbu.
1.   Nuur yang menyingkapkan kita akan ma’rifat pada wujudnya ciptaannya (Allah af’alnya
dan nuur seperti ini bagaikan cahya Bintang  yang memberi petunjuk atas ciptaan Allah, maka Nuur tingkat ini dinamakan Nuurul Islam.
2.    Nuur yang menyingkapkan kita akan Ma’rifat pada Shifatullah yang Maha sempurna lagi Maha agung, Maha suci dari shifat kekurangan dan Nuur ini bagaikan Bulan maka Nuur pada tingkat ini dinamakan Nuur Iman
 sedang batas-batas cahya Nurnya ialah ketika dalam keadaan (Fanau fishifat) dan yang  tersebut diatas tadi ketika dalam keadaan  (Fanau Fil af’al)
3. Nuur yang menyingkapkan kita akan  Ma’rifat  pada  Dzatullah  dan ini bagaikan  Matahari 
maka Nuur pada tingkat ini dinamakan Nuurul Ikhsan dan batas-batas Nuur cahyanya  ialah ketika dalam keadaan (Fanau Fidzdzat) jelaslah bahwa uraian – uraian tersebut diatas Nuurul Qolbu – Nuurul Ruuh – Nuurul Sirr serta tingkat-tingkatannya semuanya bersumber dari.
 
Firman Allah : Allahu Nuurussamawati Walard.
Artinya : Allah adalah Nuur cahya pada Langit dan Bumi ( Semesta alam )
NUURUL ILAAHII.
Adapun nuurrullahi atau yang disebut juga ( Nuurul Robbiyah ) adalah pemberi sinar cahya dalam Bathin manusia maka apabila Nuurul Ilahi hendak menampakan ketentuannya kepada hambanya niscaya bercahyalah diatas muka / wajah manusia itu, maka jadi ketika itu berkuasa Ruhaniyah manusia atas Bashoriyahnya berkuasa Bathinnya atas Dzohirnya, sehingga tiada tertinggal lagi bekas – bekas Keinsanannya Bashoriyahnya, lalu menjelmalah indrianya seluruhnya menjadi nuur cahya .
Dalam keadaan yang demikian itu kadang – kadang fancaran shifat-shifat Ilahi  : Wujud – Baqou – Mukhalafatul lilhawaditsi – Wakhdaniyat . dan semua shifat-shifat Tuhan, baik shifat Nafsiyah – Salbiyah – Ma’nawiyah, bercahya pada nyatanya kebashoriyahan yang bershifat gelap gulita, maka dengan itu terbawa perubahan cipta sekali dimana shifat-shifat kebaharuan dan         (Muhadats) keinsanan  yang (Nafi) hilang lenyap karena telah nampaknya shifat-shifat (Keqodiman) azali abadi dan keilahian                      (Itsbat), lalu bertempatlah Maqom Bathin keinsanan yang baru itu Maqom Keqodiman (dalam kebaqoan Allah).
Oleh karena itu manakala pada Manusia belum hilang lenyap shifat-shifat kebaharuannya maka bagi Manusia demikian tidak mungkin melihat Masyahadah dengan Tuhan, karena shifat Qodim dan shifat Baharu tidak bisa bersama-sama dalam keadaan yang sama seperti umpamanya  : Panas – dan – Dingin : tidak bisa bersama-sama dalam keadaan yang sama dan inilah yang dimaksud dengan firman Allah ta’la.
 
Latudrikuhul Abshooru.
Artinya : bahwa Allah itu tiada dapat dengan penglihatan mata yang (Baru) Jabatan fungsi Nuur itu adalah penerangan dan pungsi Mata Hati itu adalah Hikmah
Melihat kebenaran yang haqiqi, sedangkan fungsi Qolbu adalah Tho’at  atau inkar , patuh, atau melanggar,
Adapun Nuur cahya itulah yang menghantar Hati Kekhadhirot Allah yang Maha mengetahui segala yang ghoib.
Firman Allah ta’ala : afaman syarohallahu shodrohul islami fahuwa‘ala nuurin mirrobihi,
Artinya : barang siapa yang diterangi oleh Allah akan Hatinya untuk Islam (Tho’at Zhohir dan Tho’at Bathin) maka orang itulah mendapat pancaran Nuur cahya dari Tuhan.
Tingkatan-Tingkatan Nuur:
1.  Mula2  nya  Nuur yang datang itu disebut :  Nuur   kesadaran  (Nuurul  waridil  intibahu)
        sebagaimana daripada fungsinya Nuur ini ialah mengusir gelap kelalayan (Zhulmathul   ghoflahti), yang dengan  jalan  ini  maka  tampaklah Nuur  kesadaran  (Nuurul yaqodhoti )
        ketika itu matahari melihat kebenaran yang haqiqi dengan nyatalah baginya shifat-shifat lali  (Ghoflatun) dan nyata baiknya shifat-shifat kesadaran (Yaqodhotun) hati tetkala itu serta merta senang menerima shifat-shifat kesadaran pada mrngingat                     ( Dzikrullah ) dan meninggalkan segala apa-apa yang membuat lali dari pada mengingat Allah,
        Nuur pada tingkat ini disebut Nuur bagi para pencari Allah ( Nuurul Tholibiin )  
2  . selanjutnya Nuur yang datang itu ialah yang dinamakan : Nuurkesiapan (Nuurul waridil   iqbalu) dan fungsinya mengusir gelapnya kekaburan ( Zhulmatul aghyari ) dengan menampakan sinar Ma’rifat yang mencurahkan sinar Rahasia (Bahjatul asrori ) maka ketika itu Matahati melihat kebenaran yang haqiqi dimana nyata ( Mudhorotnya ) alam yang berubah-rubah ini dan nyata pula indahnya alam ( Rahasia ) yang terang benderang, dengan jalan ini maka Hati dapat menerima kenyataan – kenyataan apa-apa yang             (Terahasia) serta pun meninggalkan gelapnya apa-apa yang berubah-rubah yang masih kabur. Nuur pada tingkat kedua ini dinamakan Nuur yang datang untuk orang-orang yang sedang berjalan kepada Allah,
3.                        selanjutnya menyusul Nuur yang datang itu Nuur yang dinamakan sebagai Nuur kedatangan (Nuurul tholibiin) pungsinya ialah mengusir gelapnya ‘alam cipta   (Alqaonun) ketika itulah tersingkap tabir penutup, sejurus kemudian menampaklah Nuur (Tajallinya) yang Maha Pencipta, ketika itulah Hati dapat bermusyahadah berpandang-pandangan dengan Allah karena Hati telah meninggalkan perhatiannya kepada selain Allah. Nuur pada tingkat ketiga ini disebut Nuur untuk  para pendatang / penghadap kekhadhirat Allah yang Maha Suci.
4.   kiranya untuk dapat memudahkan kepahaman atas masalah tersebut diatas ada baiknya  kita mengambil contoh perumpamaan misalnya : isi batu yang kita lihat sepintas kilas seperti kaca batu. orang yang sama sekali tidak tau ( Haqeqat ) isi akan tidak percaya bahwa isi itu sebenarnya adalah air, tetapi bagi orang yang penglihatannya sampai pada  ( Haqeqatnya ) sumber bathinnya, tentu dia pun tau akan asal usulnya sebagai serangkaian dengan Air dan berasal dari Air justru itulah, bahwasanya alam cipta ini hanyalah bayangan belaka, maka selama  ( Wujudnya ) sebagai bahan kasar maupun bahan halus sekali alam cipta ini dapat dilihat dengan Mata kepala dan nampak, tetapi apabila ia kembali kepada asalnya / Haqeqat ( Wujudiyahnya ) maka ia ( Terahasia ) .
Seolah – olah ciptaan dan Maha Pencipta ( Makhuluq dan Kholiq ) adalah dua kenyataan yang saling mengganapi / menghinggapi : tampa Kholiq tak mungkin ada Makhluq, tetapi dua kenyataan itu padahal didalam suatu ( Wujudullah jua )  yang Mutlaq,
Tiga : kita kembali membicarakan Nuur yang tiga tingkat tadi yakni :
Nuurul Islam – Nuurul – Iman – Nuurul Ikhsan .
1. Nuurul Islam mengusir gelapnya kekapiran ( Zhulmatu kufri ) ketika itu menampak Nuur keimanan dan Ketho’atan yang dengan jalan itu Matahati mampu melihat kebenaran yang Haqiqi sehingga Hati menolak buruknya kekafiran dan kema’siatan dan menerima kenyataan baiknya Nuurul Islam beserta Ketho’atan, maka Hati tunduk kepada Ketho’atan yang dapat menghampirikan diri kepada Allah serta menghindari dari pada apa-apa yang dapat menjauhkan diri ( melupakan ) pada Allah.
1.                        Adapun Nuurul Iman mengusir gelapnya kemusyrikan ( Zhulmatusy-syikri ) pada ketika
Itu Matahati dapat melihat kebenaran yang Haqiqi dengan menampaknya pancaran (Rasa Ikhlas), dan menolak buruknya kemusyrikan yang gelap itu dan menerima serta menerangi keindahan  (Ikhlas) lalu tunduk (Ta’zhim mentauhidkan Allah)
2.                        Adapun Nuurul Ikhsan mengusir gelapnya kejahatan menduakan Allah (Zhulmatussui) dan karenanya nampaklah(Nuur Wujudullah) dan Matahati mampu melihat kebenaran yang Haqiqi dan sadar akan (Mudhorotnya) kegelapan tanda-tanda bekas (Zhulmatul Itsmi) dan menepa’ati kebaikannya Maha pembuat tanda-tanda bekas itu maka Hati dapat menerima pancaran Ma’rifat serta lenyaplah segala – galanya apa-apa selain Allah.
Adapun Nuurul Ilahi dapat juga disebut :
Nuuru - Syari’at – Nuur Thoreqat – Nuur Haqeqat
1  Adapun   Nuur syare’at mengusir   gelapnya kemalasan dan  menghadirkan  ( Nuur Bathin )
Kepada Allah, jauh dari pada menuruti kepentingan diri dan  (Hawa Nafsu) mensuburkan perbaikan (Zhohiriyah) yakni : Taubat = Taqwa = Istiqomah 
2  Nuur Thoreqat mengusir gelapnya kesamaan (Syirik) dan gelapnya Ma’syiat dan kekotoran (Hati) yang membawa hasil dari Ilmu-Ilmu Ghoib, sehingga Matahati lebih dapat melihat kebenaran yang Haqiqi serta lebuh jelasnya buruknya kekotoran ( Hati ) dan betapa Indahnya Kecucian kemurnian Hati, dapat menerima segala apa- apa yang wajib mengenai perbaikan Hati / Jiwa dalam. usaha Takholli dan Taholi yakni pada pokoknya mengutamakan : Ikhlash = Shidiq = Lurus = dan damai serta tenang.takh
3. Adapun Nuur Haqeqat mengusir gelapnya hijab ( Zhulmatul hijabi ) dan menampakan sinar indahnya Cinta kasih Allah maka nuur Haqeqat  membangkitkan kemantapan. dibidang asrori ghoni : Almuroqobatu (Berhampiri kepada Allah) Almusyahadatu(Berpandang–pandangan serta Allah) dan Alma’rifatu( Mengenal Allah dalam arti yang Haqiqi ) 
tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar