Panduan Dzikrullah

Panduan Dzikrullah

Rabu, 21 Oktober 2015

BAB_16_B_MA’RIFAT DAN MASALH MELIHAT TUHAN

 
Mata jasad = Mata hati = Mata nyawa,
Maka mereka berkata :
Allah dapat dilihat baik dengan Mata terbuka maupun dengan Mata dipejamkan dikala Berdiri  atau  Duduk  atau  Berbaring
 

Perhatikan beberapa hadits diantaranya :
‘Anibni abbsin qola : Kama roa muhammadun robbahu .
Artinya : dari pada ini abbas berkata : Nabi muhammad melihat tuhan.
Wakanal khasanu yahlifu billahilladzi lailaha illa hwua laqod roa muhammadun robbahu.
Artinya : dan adalah hasan mengangkat sumpah demi Allah yang tida tuhan melainkan dia, sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w. telah melihat Tuhan. berdasarkan hadit tersebut.
 


wa ila hadza idzahabasy syaikhuna abulkhasanil as’ari wajama’atun min ashhabihi .anna Muhammadan .s.a.w  Roallahu bibashorihi wa’Aina ro’sihi .
Artinya : dan kepada hadits tersebut telah menjadi pegangan shekh abu hasan ‘asy’ari dan jama’ah dari pada shohabatnya bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad.s.a.w. itu telah melihat  Allah  dengan   penglihatan   jiwanya   dan  penglihatan  kedua   mata  kepalanya.
 
 
Selanjutnya shekh kurtubi berkata :
Idzru’tuhu ta’ala fiddunya jaezatun ‘aqlan. idzlaolam jaezatunlakan sualu musa mustajilan wamuhalun anyajhala nabiyyu mayajuzu ‘alallahi wama layajizu ballam yas alun illa jaizu ghoiro musta’iin
Artinya : sesungguhnya tentang seolah-olah melihat tuhan dudunia adalah (jaiz) wenang / boleh diterima oleh aqal karena sekiranya tidak boleh maka sesungguhnya permintaan Nabiyyullah Musa a.s. untuk melihat tuhan itu mustahil dan adalah mustahil bahwa sesungguhnya Nabi mengetahui apa-apa yang boleh / Jaiz : bahkan tentunya Nabiyullahu Musa a.s. tidak akan memintai kepada Allah kecuali apa-apa yang boleh Jaiz bukannya yang Mustahil. 
 
 

 
Pon ibnu qosim berkata :  Inna suala   musa ru’yata    yadullu ‘ala imkaniha  annal ‘aqili fadhlun ‘aninnabiyyi layatlubal mahala.
Artinya : bahwa sesungguhnya perintah Nabi Musa  untuk  Melihat Allah  itu menunjukan  akan  mungkinnya  hal yang   demikian  itu, karena   sesungguhnya  siapapun    orang  yang ber’aqal terlebih2 ini salaseorang Nabiyullah tidak akan memintai hal-hal yang mustahil.
Kemudian saidina shekh ‘abdul kariim aljaelani memberikan penafsiran atas firman Allah yang berbunyi :
 
 
 
bismillahirrohmanirrohiim . Lan Taroonii
Artinya  : tiadalah engkau dapat melihat Aku wahai Musa ( al’araf 43 )
Dengan penafsiran seolah-olah firman itu maksudnya :


 
Yaa musa liannaka innakunta maujudan faanna mafquudun ‘anka wain wajadtani faanta mafquudun haditsi anyasbuta ‘inda zhuhuril qodiim
Artinya : wahai Musa. Selama engkau dalam wujud keinsananmu maka Aku  (Allah) tiada dari padamu. dan manakala Kamu dapati Aku  (Allah) maka ketika itu Kamu tiada, dan tiada mungkin    bagi yang   baru   tetap adanya  ketika  terbitnya Maha qodiim.
 


Dan adalah diriwayatkan dari pada Jabiribni ‘abdillahi aljabli, katanya :
Kunna julusan ‘indannabiyyi s.a.w. fanadhoro ilal qomari lailata arba’ata yasyaro faqola : innakum sataruuna robbakum ‘ayanan kama tarona hadza.
Artinya : kami sedang duduk bersama Rasulullah .s.a.w maka ketika itu beliau melihat kearah bulan purnama empat belas suro beliau bersabda : bahwa sesungguhnya kamu sekalian akan melihat tuhan secara kenyataan sebagai mana yang engkau lihat ini bulan furnama.
Dan lagi diriwayatkan dari a‘dibni haatim, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda.
 

 
Maminkum min akhadin illa sayukalimuhu robbuhu laisa bainahu wabainahu tarjumaanu wala hijabun wahjubuhu,
Artinya : tiada seorangpun dari kamu melainkan akan berkata-kata dengan tuhan dalam keadaan tiada batas antara dirinya dengan tuhan sebagai penterjemah dan tiada pula hijab / tabir yang menutupinya,


 
Maka ibnu tamiyah menetapkan kesimpulannya dal;am bentuk qoidah :
Wamin haisun nadhoru anna kulla maujudin yashihun anyuro.
Artinya : dan dari hal persoalan melihat sesungguhnya tiap-tiap yang maijud adalah Shah dilihat berdasarkan qoidah ini apalagi Allah adalah (Dzat wajibil wujud) adanya wajib, wajib iman adanya, dengan sendirinya memberi kemungkinan akan dapat dilihat. Allah itu Dzat yang Maha Besar tiada yang menyerupai dalam kemahaesaan maka mustahil kenyataan dzatnya dan ditutupi oleh suatu hijab karena segala macam hijab itu hanyalah makhluq belaka,
 Karena berkata ahli-ahli shufi Allah itu maha nampak yang menampakan segala sesuatu yang ternampak, sebagai mana digariskan oleh syekh ahmad bin muhammad al-iskandar didalam kitabnya Al-hakiim

 

Kaifa yatashowwaru an yahjibuhu syaiun wahuwa wahidulladzi laisa ma’ahu syaiin
Artinya :   bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu padahal  Dzat Allah adalah Esa(tunggal) dan tidak ada besertanya dari segala sesuatu apapun.


 
Kaefa   yatashowwaru  an  yahjubuhu  syaiin    wahuwa    adhiru  min  kulli  syaiin.
Artinya :  bagaimana mungkin   dihijab   oleh  sesuatu padahal Dzat Allah itu justru lebih jelas nampak termbanding segala sesuatu,
 
 
bismllahirrohmanirrohiim : Wahuwalladzi zhoharu bikulli syaii
Artinya : dan Dzat Allah yang nampak nyata / pada segala sesuatu. Maka dengan kefahaman inilah qaom ahli tashauf senantiasa dirinya beserta Allah,
karena mengenal Allah – melihat Allah – mencintai Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar